Langkah yang mulai kembali
mencari-cari diri
Merela pergi mengalun sepi dalam
pengelanaan
Kesana-kemari entah arah langkah tak
lagi terlihat
Gelap gulita merundung di setiap
langkah
Dibawah pohon cendana yang rindang
Duduk rehat sambil menghisap sebatang
kretek
Asap mengepul membawa angan
Muncul para penebang tua yang dengan
semangat
Membawa turun kayu-kayu
Bercengkrama dengan alam nyata
Betapa bodohnya diri
Merasa menjadi segala-galanya
Tenyata tak bisa mengenal siapa diri
sendiri
Tertutup tirai keangkuhan
Sebesar apa pun nama diri
Tak sanggup memberi sesuatu untuk yang
lain
Kesia-sian yang tak pernah disadari
Walau Setetes apa pun nama
Ketika sanggup memberi kesejukan untuk
orang lain
Bukankah itu yang lebih indah
#puisi #sajak #frasasandekala
IAIN PUROKERTO, MAKALAH, PUISI, ESAI, JURNAL, PERPUSTAKAAN, LITERASI
0 Comments