![]() |
Pendidikan Karakter Sebagai Kebutuhan Anak Bangsa |
Oleh Afik Fathur Rahman
Diakui
atau tidak bahwa karakter generasi muda akhir-akhir ini banyak mengalami
kelunturan. Generasi muda sekarang, baik di desa maupun di kota banyak
menghabiskan waktunya untuk bermain gadget, game online seperti mobile legend,
pubg, free fire dan sejenisnya, sehingga mereka lupa akan nilai-nilai luhur
seperti budi pekerti, tata krama, adab, gotong royong dan nilai-nilai luhur
lainnya yang ada di bumi nusantara ini.
Tentunya
hal ini merupakan kegagalan pendidikan dalam menyikapi perubahan zaman yang
tidak berpihak pada pembentukan karakter.[1] Seakan-akan dalam dunia
pendidikan karakter di Indonesia menjadi barang yang langka. Sebagai contoh
lain, video baru-baru ini yang viral di medsos guru di-bully murid-muridnya di
Kendal, berdurasi 24 detik. Dari sejumlah komentar di video tersebut diketahui
lokasi berada di SMK NU 03 Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Dalam video itulah
terlihat seorang siswa mendorong kemudian disusul siswa lain. Sang guru
terlihat berusaha menghalau murid-muridnya itu dengan gerakan tendangan dan
mengibaskan buku yang dipegangnya. Gerakan sang guru disambut para siswa dan
terlihat seolah saling tendang bahkan sepatu guru tersebut melayang sebelah.
Video berakhir dengan tawa-tawa siswa dan guru mengambil kembali sepatunya yang
lepas (https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-4297091/viral-guru-di-bully-murid-muridnya-di-kendal-kata-kepsek , 9 Februari 2019).
Dari
data di atas, ada krisis yang nyata dan keprihatinan dalam masyarakat kita yang
paling berharga, yaitu anak-anak. Semua orang sepakat kita menghadapi
persoalan; para pembuat kebijakan, dokter, pemuka agama, pendidik, orang tua
dan masyarakat umum, semua menyerukan kekhawatiran[2] dan keprihatinan yang
sama.
Dalam
pada itu, selaras dengan yang ditulis oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2013)
ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling tidak ada tiga
tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama,
adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa dan ketiga adalah membanguhn karakter. Pada kenyataanya, saat ini salah
satu dari tiga tantangan besar tersebut, yaitu membangun karakter masih menjadi
pembicaraan dan masih diupayakan terus menerus untuk mencapai tujuannya.
Apakah
Pendidikan karaktert merupaka hal yang baru dalam Pendidikan di Indonesia?
Jawabannya tidak. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa Pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect)
dan tubuh anak. Ketiga hal tersebut sangat perlu dibutuhkan dan diperlukan bagi
generasi bangsa, yang akan meneruskan perjuangan bagi bangsa Indonesia.
Jika
ditelusuri lebih lanjut, akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk,
terletak pada hilangnya karakter. Kini Pendidikan karakter menjadi kebutuhan
yang mendesak bagi bangsa Indonesia di tengah permasalahan yang membelit bangsa
ini. Helen G. Douglas (dalam bukunya Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013)
mengatakan karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi
pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter yang kuat adalah sandangan
fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup
bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan
kebajikan.
Menurut
Redja Mudyahardjo (2014: 3) Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan hidup. Sedangkan istilah karakter
dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.[3] Banyak sekali para pakar
mendefinisikan karakter. Tapi penjelasan Ki Hajar Dewantara, bisa mewakili
penjelasan yang lain. Menurut Ki Hajar, karakter terjadi karena perkembangan
dasar yang telah terkena pengaruh ajar.
Berdasarkan
paparan diatas, upaya apa yang dibutuhkan dan dilakukan untuk membangun
karakter anak bangsa? Membangun karakter tentu membutuhkan waktu yang cukup
lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Tentunya Pendidikan karakter
tidak hanya ada pada guru di sekolah, Pendidikan karakter juga harus diajarkan
sejak kecil oleh orang tua. Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa mungkin
ada yang mengira, kalu seorang pengajar harus seorang yang berpengetahuan dan
berpengalaman, karena mereka beralasan guru adalah orang yang harus “digugu”
dan “ditiru”. Segala dugaan itu menurutnya adalah tidak benar, perlu dipahami
bahwa pengajaran budi pekerti tidak lain artinya untuk menyongkong perkembangan
hidup anak-anak lahir batin dari sifat kodratnya, seperti menganjurkan atau
memerintahkan anak-anak untuk duduk yang baik, jangan berteriak-teriak agar
tidak mengganggu orang lain, bersih badan dan pakaian, menghormati kedua orang
tua, demikian seterusnya, itulah yang dimaksud pengajaran karakter atau budi
pekerti.
Ki
Hajar Dewantara, juga menyatakan terhadap anak-anak kecil cukuplah kita
membiasakan mereka untuk bertingkah laku yang baik, sedangkan bagi anak-anak
yang sudah dapat berfikir, seyogyanya diberikan keterangan-keterangan yang
perlu, agar mereka dapat pengertian dan keinsyafan tentang kebaikan dan
keburukan pada umumnya.[4]
Jika
kita amati, konsep pendidikan sistem among Ki Hajar Dewantara meliputi, ing ngarsa sung tuladha (mengandung
nilai keteladanan), ing madya mangun
karsa (mengandung nilai kreativitas dan pengembangan gagasan), dan
tut wuri handayani (mengandung nilai memantau, melindungi, merawat menjaga
dan mengembangkan karakter peserta didik), kita upayakan dan kembangkan, tentu
Indonesia mampu menjadi bangsa yang lebih baik. Dengan pendidikan karakter,
saya yakin akan menghasilkan generasi bangsa yang lebih bermartabat dan berbudi
pekerti luhur. Saran saya kepada pemerintah Indonesia, agar mengembangkan
konsep pendidikan karakter sesuai UU No. 20. Pasal 3. Tahun 2003. Tidak hanya
sebagai wacana belaka. Pendidikan merupakan kebutuhan utama, tapi yang paling
utama adalah budi pekerti luhur.
Daftar Pustaka
Mudyahardjo,
Redja. 2004. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muthoifin
& Mutohharun Jinan. “Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara: Studi Kritis
Pemikiran Karakter dan Budi Pekerti Dalam Tinjauan Islam” dalam Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2,
Desember 2015.
Purbaya,
AA. 2018. “Viral Guru Di-bully
Murid-Muridnya di Kendal” dalam https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-4297091/viral-guru-di-bully-murid-muridnya-di-kendal-kata-kepsek
diakses pada 9 Februari 2019.
Rosyid,
Nur, dkk. 2013. Pendidikan Karakter:
Wacana dan Kepengaturan. Purwokerto: OBSESI Press.
Samani,
Muchlas & Hariyanto. 2013. Konsep dan
Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.
[1] Lihat Muthoifin dan Mutohharun
Jinan, “Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara: Studi Kritis Pemikiran
Karakter dan Budi Pekerti Dalam Tinjauan Islam”. Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015, hal. 168.
[2] Nur Rosyid dkk, Pendidikan Karakter: Wacana dan Kepengaturan
(Purwokerto: OBSESI Press, 2013), hal 139.
[3] Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 41.
[4] Muthoifin dan Mutohharun Jinan,
“Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara”,
hal. 172.
0 Comments