CERPEN: OBROLAN CINTA DENGAN ATEIS













OBROLAN CINTA DENGAN ATEIS

Oleh: Afik Fathur Rohman


Di kehidupan malam, biasanya aku duduk ditepi sungai sambil menikmati kopi dan rokokan. Karena itulah aku sering dijuluki oleh teman-teman karibku dengan panghilan Sepi.

Saat asik menyendiri duduk sambil menikmati kopi, teman karibku yang bernama Mahessa datang dan langsung saja duduk didepanku, nama aslinya adalah mahessa, namun seringku panggil dengan ateis, karena pemikirannya yang sungguh sulitku pahami, dan sebaliknya.
Ateis denga spontan setelah duduk mengeluarkan handphone, satu bungkus rokok serta korek didalam saku bajunya, kemudian disandingkan didepanku.

Ateis:"Rokok pi, jangan melamun aja". Tawar Ateis.
Sepi:"Siap-siap, dari mana aja at baru dateng. udah aku chat dari tadi, nggak dibales-bales?" Tanyaku sambil menyalakan rokok pada Ateis.
Ateis:"Biasa lah pi." Jawab pendek Ateis.

Setelah ngobrol kesana kemari sambil menikmati kopi dan rokok seperti biasanya, aku memikirkan sesuatu dari kemaren dan sangat ingin kuutarakn kepada ateis. Waktu yang tepat untuk aku membuka pembicaraan serius.~

Sepi: "At, bagiku cinta itu visi misi dan rindu itu adalah hal yang memperkuat cinta; dan semua cinta itu muaranya hanya kepada Tuhan. Apa kamu sepakat dengan statemenku at?"

Ateis: "Tentu tidak, karna saya akan terus kontra dengan anda perihal pembahasan cinta." Jawab Ateis.

Sepi: "Sampai kapan kau akan kontra denganku at?  Akankah bumi yang akan menyatukan pendapat kita? ah, rupa-rupanya aku tak mau. Bahkan, ketika bumi menghalangpun akan ku belah, gunung ku robohkan, hahahahah." Guyonku pada ateis. "Karena cinta yang aku tafsirkan adalah muaranya pada Tuhan at."

Ateis: "Hey kau pujangga," Sapa ateis padaku dengan panggilan menjijikan. "Percayakah anda bilamana ku utarakan dan berpendapat; cinta adalah reaksi kimia, sebuah efek yang di timbulkan oleh feromon, endorphin, dan serotonin, yang kelak mungkin saja bisa menghilang. Lantas bilamana cinta bermuara pada Tuhan, bisa suatu saat cinta menghilang bukan?" Tanya ateis padaku.

Sepi: "Ya, cinta yang kau ucapkan sudah credible at. Namun apakah kau tau wahai titisan pujangga" Balasku pada Ateis. "Bahwa pertanyaanmu sama sekali tidak sinkron dengan pernyataan anda. Apakah engaku ateis? atau tidak tahu bahwa Tuhan Maha Abadi, maka bagiku; Cinta itu Visi Misi, sedangkan rindu adalah hal yang memperkuat cinta; dan semuanya bermuara pada Tuhan. Logikanya begini, engkau Wahai titisan pujangga, bahwa ketika engkau mencintai dan merindukan seorang yang kau kasihi. Maka secara tidak langsung engakau mencintai Penciptanya. Katakanlah kekasihmu itu Siti, dan siti itu ciptaan siapa? Tuhan. Maka aku deklarasikan, bahwa cinta itu muaranya hanya pada Tuhan."

Ateis: "Bila dikata atheis-pun tidak bisa disangkal dan kutampik, benar! Aku atheis, bukan berarti tidak percaya akan adanya Tuhan. Pada dasarnya kau-aku, dan kita sama. Mempercayai sesuatu yang dianggap tak pasti. Saya percaya rindu, tapi saya tak bisa melihatnya, saya percaya rasa, tapi tak dapat menerjemahkannya. Apakah saya terlalu opertunis bilamana menyebut atheis dalam hal cinta? Skeptis memang, bila dikata; overmelow lo! Ah.. sok bahas cinta-cintaan, kenyataanya disapa lawan jenis aja bergetar setengah mati."

Hahahahaha, aku dan ateispun tertawa lepas dengan ucapnnya itu.

Ateis: "Tapi saya tetap akan berpegang teguh pada prinsip, bukan cinta yang bermuara pada Tuhan, melainkan rasa yang lebih agung dan mulia, saya aksarakan dengan; Sayang yang bermuara pada yang membuat rasa sayang, dikehidupan nyata adakah seorang ibu yang mencintai anaknya sepenuh hati? No! Menurut saya, hanya ada seorang ibu yg menyayangi anaknya sepenuh hati. Sekian." Lanjut Ateis.

Sepi: "Berbicara ateis, menurut KBBI Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ateis adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan. Mendengar anda menyimpulakn ateis seperti itu? ateis apa yang anda maksud kawan. Apakah anda mencari-cari celah dan makna lain dari ateis? Wow, keren. Apa sumber penelitiannya? Berbicara aku dan kau itu sama, sudah jelas sama. Namun aku percaya pada sesuatu hal itu yang tak terlihat, namun pasti. Berbeda dengan anda yang mengatakan tak pasti. What the hell? Anda percaya rindu dan cinta serta kasih? Namun untuk mengakui bahwa anda ber-Tuhan saja anda sangat (Seakan-akan tak mau) rendah hati? Mengapa? Namun, dengan itu aku pun setuju, leih baik, tak ada yang tau siapa diri kita sebenarnya. Bukankah begitu yang kau mau?" Tanyaku pada Ateis.

Sepi: "Rasa-rasanyapun saya sepakat bahwa: Rasa yg lebih agung dan mulia. Yah sayapun mengakui. Perlu digaris dan ditelaah kembali bahwa seorang Ibu itu menyayangi ankanya sepenuh hati. Yah itu saya setuju. Namun, Kau harus tau, bahwa sayang outputnya adalah Cinta. Maka rumusnya bagiku adalah; kasih sayang Ibu, itu adaalah cinta Ibu pada anaknya sepenuh hati. Diterima? atau di tolak?" Tanyaku pada Mahessa.

Ateis: "Melihat dan menelaah pembahasan anda yg begitu pelik bagi otak saya yang cilik ini rasanya ingin ku terima, sepertinya semesta berkongsi untuk meng-iyakan dan setuju dengan pernyataan anda yang tentu dan pasti runtut disertai rujukan yang jelas. Tapi entah... Hati ini dikdayanya selalu ingin kontra dengan anda, pikiran ini selalu berontak dengan Anda. Walau argumen yang saya lontarkan tak berdasar dan tanpa rujukan yang pasti, tapi seloroh nurani yakin, untuk menolak dan menolak. Bila mana dilanjut, jujur! Pembahasan ini tiada ujungnya, terutama saya dan anda wahai pujangga, saya dan anda ibarat dua kutub magnet, saling bertolak, jadi demi kenyamanan dan ketentraman malam ini, mari kita cukupkan sekiranya sampai disini. Dengan, saya tetap menolak dan menolak, seterusnya akan menolak apa yang ada utarakan, apa yang anda argumenkan, walau berdasar, walau dengan dalil yang pasti sekalipun, akan saya bantah meski hanya mengikuti hati dan pikiran yang pelik selagi cilik ini. Sekian." Jawab Mahessa.

Sepi: "Berdasarkan argumen anda, maka saya setujui untuk mengakhiri pembahasan ini. Karena kita memang begitu."
Hahaahha. Tawaku meledak dengan Mahessa bersamaan.

Sepi: "Sebelum aku akhiri, aku ingin mengacungimu jempol dan kukatakan pada anda; Rupa-rupanya, anda adalah manusia yang cerdas, sesekali anda mengamalkan ilmu setan, yaitu tidak tunduk dan sepakat pada manusia. Sekian kataku pada anda, tunduklah pada Tuhan."



Purwokerto; Jum'at, 31 Januari 2020


#frasasandekala.blogspot.com #puisi #cerpen #sastramuda

Post a Comment

1 Comments