Entahlah; Negeri Ini Masih Mencari
Oleh: Musfik amrullah (kang mus)
Aku manusia; Mencoba menatap sejuknya senja
Mendengar riuhnya ombak
Membayangkan para nelayan yang melaut di kala itu
Seraya mengampu pilunya tombak..
Ha,ha,ha,ha aku terbahak
Lantas teriak; Hai mentari
Wahai embun pagi
Tak malu kah kalian datang ke negri ini
Wahai pejuangku; Wahai pahlawanku
Ha,ha,ha kau telah tertipu
Negri jahanam; Negri yang tak tau diri
Keu rela menindas kanan kiri; Demi citra demokrasi
Intelegensi? Ha,ha,ha hanya jadi ajang pamer; demi jabatan yang primer
Langit menjertilah,,
Peringatkan dan katakan bahwa kau melihat kebusukan mereka
Teriakan langit menggelegar; Diantara mereka para pengumbar
Berjalan ketawa ketiwi, cengingisan tanpa takut tersambar
Mari kita fokus pada lembaran yang segar..
“kau lihat? Tak ada gun aku menjerit”
“Biarkan mereka berfoya”
“kelak akan aku lempar mereka dari angkasa”
Bajingan; Kau bandrol kepala seharga 15 juta
Kau katakan demi negri yang sejahtera
Kau janjikan kesehatan hak semua
Faktanya kau rampok kami yang sudah tak punya asa
Djancuk; Tak puas kau lego kami
Garudaku kau pun lucuti?
Garudaku sadar lah
Ada apa denganmu?
Kini kau nampak seperti burung greja
Hanya datang ke singgasana megah
Cakarmu tak lagi mencengkram “bihineka tunggal ika”
Tepi justru membunh yang berbeda
Garudaku ada apa dengan sayapmu?
Kenapa tak lagi mengudara
Mengawasi para pendusta
Kau lapar?
Sampai- sampai terbangmu begitu rendah
Sesekali hinggap di pundak si manusia serakah.
Negri birokrasi; Kini semakin memakan banyak mangsa
Kepada siapa saja yang coba merusuh pesta
Kawat berduri mengunci mulut si jelata
Supaya tak tertentang wajah sengsara
Mulut penggerak kini berbusa
Membela siapa saja yang memberi nota..
Ha, ha,ha,ha
Hay kau; iya engkau... Para mahasiswa
Katakan dengan bangga “aku lah mahasiswa, maha dia atas siswa”
Kau banggakan gelarmu kepada kawan,saudara bahkan musuhmu.
Kau dengan bangga katakan “aku lah agen perubahan”
“Siap merubah lingkungan, negara bahkan jika perlu dunia”
“Aku lah yang paling tau suara rakyat”
“Aku bergerak atas aspirasi rakyat”
Teringat 98 kala itu; Tatkala ibu menggendongku didepan layar kaca
Ku tatap kerusuhan di ibu kota
Tanpa ku lepaskan edotan yang mengganjal mulutku.
Enyot..enyot enyot... Sesekali memandang ibu
Ia berbisik “suatu hari kau harus jadi mahasiswa, agar kau bisa bermanfaat untuk negara”
Kata itu menyentuh ku; Hingga diriku berstatus mahasiswa
Melihat dengan nyata kekejian memang ada
Sekarang aku paham; 98' agen perubahan demi negri
Kini perubahan yang menguntungkan diri; 98' bermanfaat untuk NKRI
Kini memanfaatkan kebodohan negri
Negriku..
Terimakasih atas hiburanmu
Brebes,januari 2020
0 Comments