SEBUAH PENGANTAR: @tharikat_bucin

 Tharikat Bucin

Oleh: Afik Fathur Rohman




















Saya kira, kata ‘bucin’ bukan lagi asing di telinga milenial, demikanlah manusia masa kini menyebutnya. Bukan begitu? Semenjak saya mendengar kata bucin berkumandang, ingin sekali langsung saya tulis, agar konotasi bucin tidaklah alay, lebay dan hina seperti kecaman yang sering bertebaran dan dipahami oleh netizen. Setelah sekian lama, berusaha menemukan kemantapan dan niat yang didasarkan pada keinginan luhur dan keseriusan ini, tepat sebelum adzan Subuh berkumandang saya beranikan untuk menuangkannya, demi menyelamatkan umat bucin di negeri pertiwi. Selain itu, setelah saya baca cerpen dengan judul Advokasi Bucin yang ditulis penyair kenamaan Usman Arrumy, kemantapan dan niatan menuliskan bucin semakain membara dan harus segera tertunaikan sebagaimana mestinya.  

Pada saat asik njagongan sambil menikmati kopi di sebrang Jl. Syekh Maqdum Wali bersama kawan-kawan. Aktivis muda kenamaan Fajar Afwan yang masih berstatus jomblo itu duduk tepat dihadapan saya yang hanya berjarak meja, singkat obrolan ia menanyakan sesuatu yang mungkin agak menghantuinya.

“Sebenarnya, Thariqat Bucin yang kadang kamu tulis di story Whats App itu anu apa?”
Tanpa berfikir panjang, tanpa ditunutun juga mulut saya asal njeplak demi sesuatu yang sangat agung untuk menjawab pertanyaannya.
 “Jadi, Thariqat Bucin itu tak lain dan tak bukan dalam rangka menuliskan apa yang sedang saya inginkan.”
“Ya itu jelas, maksudnya yang melatar belakanginya luh? apa?”
“Opo yo, hahah, yang jelas Thariqat Bucin saya tulis dalam rangka menyelamatkan umat jomblo yang hatinya tersayat-sayat akibat kenangan masa lalu yang selalu menghantuinya sebelum mereka tidur, serta pada mereka yang tak bisa memasrahkan kerinduannya yang yatim. Demikianlah Thariqat Bucin ini saya tulis juga, selian untuk menyelamatkan makna bucin itu, yang sering dikecam oleh orang-orang bahwa bucin adalah alay.”
Diam sejenak, “Iya bung seperti itu.”

***

Bucin merupakan frasa dari gabungan dua kata, yaitu budak dan cinta. Dalam KBBI, istilah bucin tidak ada artinya, karena bucin merupakan bahasa prokem saja. Namun begitu, dengan segala kemampuan yang ada; saya akan menerangkannya bahwa bucin secara etimologi adalah budak cinta. Budak secara KBBI dimaknai sebagai hamba; jongos. Sedangkan cinta tidak usah saya jelaskan; karena sejak cinta saya terangkan, detik itu pula cinta kehilangan makna. Jadi, untuk tidak menghilangkan makna cinta, silahakn rasakan dan resapi sendiri. 

Oh ya, saya jadi ingat saat ngaji bandongan kitab Nashoihul ‘Ibad dulu, kata guru yang meneruskan sebuah hadist من أحب شيئا فهو عبده.
Man Utawi sopo wonge, iku Ahabba demen sopo man, Syaian ing sewiji-wiji, Fahuwa mengko utawi man. iku ‘Abduhu dadi kawulane man. (Barang siapa yang mencintai sesuatu, maka niscaya dia menjadi hambanya).

Saya kira sudah jelas, intisari dari hadist tersebut, bahwa siapa saja yang mencintai sesuatu, maka layak baginya untuk menjadi budak. Mengapa tidak? Pascanya apa-apa yang diinginkan oleh yang dicintai, dan yang diinginkan oleh dirinya sendiri, pasti akan dituruti dan diusahakan bagaiamanapun cara, dan mau tidak mau secara langsung dan tanpa di baiat dia telah menjadi budak yang sah. Itulah yang kerap disebut bucin negeri oleh Gus Rummy. Ia membagi bucin menjadi dua, yang kedua yaitu bucin swasta. Saya kira telah cukup membahas pembagaian bucin. Kendati demikian, bisa jadi ada pembagian lagi atau bahkan furu’ atau cabang dari bucin.

***

Jauh dari pembahsan itu, dulu saya termasuk orang yang sangat terintimidasi oleh karena sebutan kawan-kawan kampus yang mengecam dengan bar-bar: wong koh bucin temen-jadi orang kok bucin banget. Kecaman tersebut saya peroleh, karena puisi-puisi dan caption di snap WahtsApp serta obrolan yang selalu bermuara cinta. Ya, itulah mengapa awal mula saya tidak berani untuk menuangkan sebuah tulisan tentang bucin. Namun, berkat Gus Rummy menuliskannya dan ndilalah saya tenguk-tenguk membaca karyanya, singkat kata saya diberi keberanian olehnya atas dasar tulisannya yang jauh dari nalar makhluk non-bucin. Inginku ucapkan terimakasih. 

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa makna bucin masih dimaknai sebagai hal yang negative, alay, menijikan dan saudara-saudaranya. Padahal bucin tidaklah melulu tentang percintaan terhadap lawan jenis. Yang umumnya dipahami sang pria mencintai perempuan atau sebaliknya. Itu adalah pemahaman sempit. Lebih luas dari pada itu. Bahwa mencintai adalah penting, sehingga kemungkaran di muka bumi dapat terbendung. Bayangkan, ketika tidak ada kasih sayang, cinta dan mengasihi. Pergulatan, perdebatan serta kebencian di muka bumi menjadi tontonan tiap hari. Berkat bucin inilah hal itu dapat dibendung.

Hubbu liakhika kama tuhibbu linafsika – Cintailah saudaramu sebagaimana mencintai dirimu sendiri. 
Atas dasar wasiat Nabi kepada Sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib itulah, saya tidak perlu menghiraukan dan memikirkan kecaman yang terbilang bar-bar dari orang lain. Demi dapat menunaikan wasiat tersebut. Atas dasar itu pula, bahwa mencintai itu penting. Tidak hanya pada lawan jenis, namun lebih luas bahwa mencintai sesama manusia adalah keharusan, yang harus dimiliki oleh setiap umat milenial bahkan umat masa mendatang. Sehingga dan pada akhirnya saya akan mengampanyekannya bahwa bucin adalah mahluk Tuhan paling seksi di muka bumi.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa sesungguhnya semua manusia akan bucin pada waktunya. Singkatnya, ketika diri sendiri dihina dan dikecam, maka yang akan dilakukan oleh seseorang adalah membela dirinya. Karena ini menyagkut harga diri, kehormatan dan martabatnya diri sendiri. Yah, karena setiap manusia pasti mencintai dirinya sendiri. Lalu apakah itu bukan bucin? Budak Cinta dari dirinya sendiri.
Tentunya, Thariqat Bucin bukanlah jalan atau golongan baru. Melainkan konsep lama yang sudah ditawarkan kepada setiap umat yang memikirkannya. Thariqat yang berarti jalan, cara atau petunjuk. Sudah jelas, bahwa Thariqat Bucin adalah petunjuk bagi bucin yang salah jalan, dalam menapaki percintaan di muka bumi.

Apakah kalian tahu? Bahwa bucin bisa menyebabkan seseorang menjadi auliaillah –kekasih Tuhan. Seperti yang tertulis di kitab Washiyyatul Musthafa bahwa “para kekasih Tuhan itu tidak memperoleh kelapangan rahmat -kasih sayang dan rhida-Nya lantaran banyaknya ibadah yang dilakukan, melainkan mereka; kekasih Tuhan memperoleh rahmat dan rhida-Nya lantaran kedermawanan hati.” Untuk memiliki sifat kedermawanan tentu seseorang harus memiliki rasa cinta. Bukan begitu? 

Dengan demikian, bucin merupakan umat yang mulia di mata Tuhan. Sudah saatnya kini bucin tidak dimaknai alay, sudah menjadi budak; dikecam pula. Kasian sekali bukan? Padahal, untuk dapat berjumpa dengan Tuhannya, perlu menjadi budak cinta, bi’ibaadati rabbihi ahadaa –Menyembahlah kepada Tuhanmu yang Esa.

Lagi-lagi saya termotivasi dengan seruan Gus Rummy; Jangan sekali pun gentar dianggap lebay hanya karena dibilang bucin. Mereka tak tahu bahwa bucin artinya secara intensif bicara cinta, dan mereka tak tahu bahwa agenda utama bucin adalah mencegah arus ujaran kebencian serta mengkontraksi perseteruan antarumat manusia.

Barangsiapa bucinmu meningkat, ketauhilah bahwa secara tidak langsung kalian termasuk golongan para pecinta, dan tanpa di baiat kalian termasuk pengikut Thariqat Bucin. Karena didalam rasa kebahagiaan tidaklah dimiliki oleh orang-orang yang kurang kafein, karena kopi lebih penting tenimbang kafe, teman lebih berharga ketimbang mantan, dan tentunya masa lalu lebih dapat dijadikan pelajaran.
 
***

Oh ya, selain bucin kini harus diperjuangkan. Ada satu golongan umat lagi yang harus diselamatkan dari kecaman yang menyedihkan. 

Di Thariqat Bucin, jomblo adalah sahabat terbaik, walau berbeda jalan yang ditempuh. Kaum bucin selalu menyayangi para jomblo. Jalan berbeda tersebut, sengaja diadakan untuk menjadi kaum penengah ketika golongan bucin sedang dilanda kebengelan, pening dan perseterua. Di situlah kaum jomblo dengan sekuat tenaga berusaha menghiburnya. 

Pada akhirnya, Thariqat Bucin adalah jalan yang harus ditempuh oleh setiap umat manusia. Diantara cinta yang sangat menyedihkan adalah ketika ada dua sepasang kekasih yang mengaku saling mencintai namun bersepakat untuk tidak saling memiliki. Demikianlah jelas, jalan para jomblo yang dipilih, menyakitkan. Keren!

Sekian Terimakasih.

Post a Comment

0 Comments