Tharikat Bucin Vol. 1 EUNOIA PERNIKAHAN

Tharikat Bucin Vol. 1

EUNOIA PERNIKAHAN


 

Pernahkah kamu bertanya-tanya apa tujuan menikah? Menikah juga disebut sebagai ibadah sepanjang hayat. Oleh karena itu, Gus Rifqil (Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah) menjelaskan bahwa perceraian atau talak merupakan perkara yang sangat dibenci oleh Allah Swt meskipun hal tersebut diperbolehkan dengan tanda kutip.

النكاح سنتي، فمن رغب عن سنتي فليس مني
Artinya, "Nikah adalah sunnahku, barangsiapa tidak suka dengan sunnahku maka dia bukanlah golongan kami." (HR. Ibnu Majah dari riwayat Sayyidah Aisyah).

Kaitannya dengan menikah? Ialah menstabilkan kehidupan. Kalau lagi lapar makan bisa diposisi jomblo dan seterusnya. Namun, apakah tujuan menikah adalah kebahagiaan? Faktnya tidak, seringkali pertikaian, KDRT, dan berujung pada perpisahan?? Karena menikah bukanlah hal sepele, yang cukup saling mencintai satu sama lain, menikah berarti juga harus menikahi keegoisannya, kekurangannya dan masa lalaunya.

Ada pepatah  yang pernah saya dengar “Ketika seseorang menikah, maka dia juga harus menikahi keluarganya. Ayahnya, Ibunya, Kaka-adiknya. Ialah harus menerima segala bentuk sifat, karakter dari keluarga pasangan.”

Untuk itu, tulisan ini ditujukan bagi siapa saja yang ingin membaca sebagai bahan diskusi dari Tharikat Bucin Vol. 1 mengenai pernikahan, sebagai bentuk ibadah yang disebut-sebut sepanjang hayat; menyatukan 2 manusia yang berbeda baik secara dzohir, batin dan sikap (latar belakang).

Seringkali kita mendengar ucapan samawa (Sakinah, Mawaddah, Warrahmah) yang diucapkan sebagai bentuk doa kepada pasangan yang telah menunaikan ijab dan kabul. Apakah itu Sakinah? Apakah itu Samawa? dan Warrahmah?
 
وَمِنْ آيَاتِهِ أنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أنْفُسِكُمْ أزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَة أنَّ فِيْ ذلِكَ لآيَاتٍ لِقوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
( الروم: ٢١)
 
 
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan/keagungan-Nya adalah bahwa Dia menciptakan dari diri kalian pasangan-pasangan, agar kalian cenderung dan merasa tenang (sakinah) terhadap mereka. Dan Dia menjadikan di antara kalian cinta kasih (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang/kaum yang berpikir." (Ar-Rum: 21)
 
Bagaimana Tuhan telah mengajak kita untuk berpikir, mendiskusikannya pada akhir ayat di atas, yakni “ya tafakkarun-berfikir” yang memiliki status Fi’il Mudhore (Kata kerja yang menunjukan peristiwa sedang/akan terjadi).  Mari berfikir bersama.
    
Pertama; doa sakinah untuk kedua mempelai pengantin merujuk pada kata لتسكنوا إليها yang artinya “agar kamu merasa tentram kepadanya”. Lafad ini terdiri dari huruf lam yang artinya “agar” dan “fi’il mudhori” yang mengandung fa’il “أنتم (kalian) sehingga untuk mendapatkan “sakinah” harus melakukan usaha (fi’il) yang dilakulan oleh suami kepada istrinya atau sebaliknya oleh istri kepada suaminya, keduanya harus sama-sama berusaha untuk saling berusaha membentuk sakinah di antara keduanya, sehingga sakinah itu bisa diperoleh, sakinah adalah “ketenangan jasmani dan ketenangan hati yang dirasakan oleh pasangan suami istri”, serta hati diantara keduanya tidak lagi tergiur atau tergoda oleh orang lain, keduanya saling berusaha memupuk ketenangan jasmani dan hati diantara keduanya.
 
Jadi “sakinah” adalah ketenangan yang dirasakan oleh seorang suami dan istri di dalam rumah tangga, sehingga kedua merasa nyaman dan tenang ketika keduanya saling berdekatan atau bersambung komunikasinya. Hati suami tidak lagi tertarik terhadap perempuan lain dan hati istri tidak lagi tertarik pada laki-laki lain, dan ketenangan pihak lain di luar keduanya, karena keduanya sama-sama sibuk dalam menciptakan ketenangan dan keyamanan di rumah tangganya sendiri.
 
Kedua; doa mawaddah, kata ini diawalai oleh kata جعل yang artinya Allah membuat kasih sayang selalu ada diantara pasangan suami dan istri, tentu dengan sebelumnya memenuhi keadaan sakinah, “ketenanangan.”
 
Ketiga; Rahmah (رحمة) yang terdapat pada teks ayat di atas bersanding dengan kata مودة. Hal ini menandakan bahwa selain Allah menjadikan mawaddah, Allah juga menjadikan rahmah kepada suami-istri yang senantiasa berusaha membentuk sakinah dalam keluarganya, sehingga kata رحمة “kasih sayang.”
 
Namun, penjelasan seperti di atas amatlah rumit, dan terlalu umum? Sehingga anda bosan mendengarnya? Mari masuk pada kalimat samawa itu makin dalam (sedalam-dalamnya pemikiranku masih ada yang lebih dalam).

[Sakinah] Orang berfir menikah tujuannya adalah kebahagiaan. Justru yang demikian, menjadikan kita makin babak belur. Karena pernikhan tidak menjanjikan kebahagiaan, tetapi menjanjikan ketenangan (demikianalah sakinah itu ada). Kebahagiaan dalam bahasa Arab bisa disebut sa’adah, al-jannah. Jika dalam pembahasan ini kebagiaan menggunakan istilah sa’adah maka kecendrungannya hanya di dunia saja, sehingga diskusi pada tulisan ini menggunakan kata al-Jannah yang memiliki arti surga, lebih jauh pernikahan tidaklah menuju kebahagiaan semata, ni menunjukkan keinginan agar seseorang mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian di akhirat. Kata al-Jannahg yang berawalan dengan alim lam (lam ta’rif) yang menjadi tanda pada isimi ma’rifat menunjukan kebahagiaan sesungguhnya adalah di surga, bukan di dunia.

Sakinah adalah ketika melihat kekurangan pasangan, namun mampu menjaga lisan untuk tidak mencelanya.

[Mawaddah] Pernikahan juga menjanjikan kestabilan karena dua permasalahan pokok manusia dapat teratasi. Apakah menurutmu masalah pokok manusia? Yaitu, Perut dan Hasrat. Problem hidup adalah ketika perut kosong, dan nafsu birahi. Ketika pasangan suami istri merasakan harsatnya, maka ia bisa melakukan hubungan demikian dengan niat ibadah. Sebagaimana makna mawaddah. Mawaddah bermakna jima’ artinya setiap suami istri melakukan hubungan suami istri sebagaiman lazimnya dengan cara yang sudah diatur dalam Islam, yaitu dengan cara yang ma’ruf, cara yang baik yang sudah dikenal dalam tuntunan ajaran Islam. Ketika suami istri lapar, maka makanlah. Dengan suami melakukan pekerjaan, dan istri mengolahnya untuk keberlangsungan hidup.

Mawaddah adalah manakala mengetahui kekurangan pasangan, namun mampu memilih untuk menutup sebelah mata atas kekurangan dan membuka mata lainnya untuk berfokus pada kelebihannya. Sisanya bimbing dia.
 
[Warrahmah] Menikah itu harus sama-sama punya visi dan misi, mau diatur oleh aturan Allah azza wa jalla. Rahmah bermakna “saling menjaga dari bahaya atau hal-hal yang tidak baik”. Allah menjadikan rasa saling menjaga di antara suami istri yang sudah menikah dengan perasaan ingin saling melindunggi atau saling menjaga dari hal-hal yang tidak baik, itulah kenapa terkadang kita mendengar cerita dari seorang teman bahwa istrinya sangat protektif sekali sehingga di rumah ia tidak bisa bebas makan-makanan yang ia gemari karena istrinya khawatir suaminya takut kambuh penyaiktnya, demikian juga kita dengar banyak suami yang tidak mengizinkan istrinya bepergian sendirian karena ia hawatir keadaan istrinya selama di perjalanan sehingga ia memilih untuk mengantarkannya. Maka, kasih sayang itu seperti air yang harus mengalir, agar air itu tidak rusak (keruh). Diberi keturunan (anak) tentu menjadi keeratan antara pasangan suami istri sah. Dan perlu diketahui, yang paling epick dari ibadahnya orang yang sudah menikah adalah beda dengan mereka yang jomblo.

Warrahmah adalah manakala kita mampu menjadikan kekurangan pasangan sebagai ladang amal untuk diri kita.
 
Bahasan diskusi  di atas, sebagaimana di jelaskan bahwa menikah bukanlah tujuan mencari kebahagiaan, melainkan ibadah kepada Allah azza wa jalla, inilah initi dari pernikahan paling jauh. Jadi sekali lagi, menikah itu tujuannya ibadah. Jika tidak, manakala hubungan suami istri sedang terjadi polemik ombak besar maka kekacauaan akan terjadi dan babak belur.

Barangmisalnya:
Pernikhan saya dipertahankan karena ada anak. Maka ujian tersebut makin berat. Akan berbeda ketika "saya bertahan karena Allah (lillahi ta’ala), maka Allah akan beri jalan (manakalah terjadi badai dalam rumah tangga), jangan takut." Hal in seringkali kan kita bertahan karena seseorang, bukan karena Allah. Tentu proses dan hasilnya akan berbeda.
 
Persiapkan diri kita mulai sekarang, baik bagi yang sudah-sedang-dan akan menikah memahami arti pernikhan berikut dengan mengarungi laut dalam kapal yang kita gunakan. Karena saya percaya setiap manusia akan diberi kebaikan, tergantung kepada dirinya mau mengambil atau membuangnya; yang dalam bahasa saya ja’ala dalam hidupnya.
 
Untuk yang saat ini mengalami kesedihan dalam problem hidupnya: “Jangan letakkan kesedihan itu di wajahmu, aku tidak ingin melihatnya. Karena kita tidak akan pernah tahu ada orang-orang yang bahagia  karena senyuman di wajah kita.”
 
Wallahualam Bissawab
Sekia Terimakasih.


 

Post a Comment

0 Comments