Tharikat Bucin Vol. 1
EUNOIA PERNIKAHAN |
النكاح
سنتي، فمن رغب عن سنتي فليس مني
Artinya, "Nikah adalah
sunnahku, barangsiapa tidak suka dengan sunnahku maka dia bukanlah golongan
kami." (HR. Ibnu Majah dari riwayat Sayyidah Aisyah).Kaitannya dengan menikah? Ialah
menstabilkan kehidupan. Kalau lagi lapar makan bisa diposisi jomblo dan
seterusnya. Namun, apakah tujuan menikah adalah kebahagiaan? Faktnya tidak, seringkali
pertikaian, KDRT, dan berujung pada perpisahan?? Karena menikah bukanlah hal
sepele, yang cukup saling mencintai satu sama lain, menikah berarti juga harus
menikahi keegoisannya, kekurangannya dan masa lalaunya.
Untuk itu, tulisan ini ditujukan bagi
siapa saja yang ingin membaca sebagai bahan diskusi dari Tharikat Bucin Vol. 1
mengenai pernikahan, sebagai bentuk ibadah yang disebut-sebut sepanjang hayat;
menyatukan 2 manusia yang berbeda baik secara dzohir, batin dan sikap (latar
belakang).
Seringkali kita mendengar ucapan samawa (Sakinah, Mawaddah, Warrahmah)
yang diucapkan sebagai bentuk doa kepada pasangan yang telah menunaikan ijab
dan kabul. Apakah itu Sakinah? Apakah itu Samawa? dan Warrahmah?
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan/keagungan-Nya adalah bahwa Dia menciptakan dari diri kalian pasangan-pasangan, agar kalian cenderung dan merasa tenang (sakinah) terhadap mereka. Dan Dia menjadikan di antara kalian cinta kasih (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang/kaum yang berpikir." (Ar-Rum: 21)
Bagaimana Tuhan telah mengajak kita untuk berpikir, mendiskusikannya pada akhir ayat di atas, yakni “ya tafakkarun-berfikir” yang memiliki status Fi’il Mudhore (Kata kerja yang menunjukan peristiwa sedang/akan terjadi). Mari berfikir bersama.
وَمِنْ
آيَاتِهِ أنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أنْفُسِكُمْ أزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَة أنَّ فِيْ ذلِكَ لآيَاتٍ لِقوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
(
الروم: ٢١)
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan/keagungan-Nya adalah bahwa Dia menciptakan dari diri kalian pasangan-pasangan, agar kalian cenderung dan merasa tenang (sakinah) terhadap mereka. Dan Dia menjadikan di antara kalian cinta kasih (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang/kaum yang berpikir." (Ar-Rum: 21)
Bagaimana Tuhan telah mengajak kita untuk berpikir, mendiskusikannya pada akhir ayat di atas, yakni “ya tafakkarun-berfikir” yang memiliki status Fi’il Mudhore (Kata kerja yang menunjukan peristiwa sedang/akan terjadi). Mari berfikir bersama.
Pertama; doa sakinah untuk kedua mempelai
pengantin merujuk pada kata لتسكنوا إليها yang artinya “agar kamu merasa
tentram kepadanya”. Lafad ini terdiri dari huruf lam yang artinya “agar” dan
“fi’il mudhori” yang mengandung fa’il “أنتم (kalian) sehingga untuk mendapatkan
“sakinah” harus melakukan usaha (fi’il) yang dilakulan oleh suami kepada
istrinya atau sebaliknya oleh istri kepada suaminya, keduanya harus sama-sama
berusaha untuk saling berusaha membentuk sakinah di antara keduanya, sehingga sakinah
itu bisa diperoleh, sakinah adalah “ketenangan jasmani dan ketenangan hati yang
dirasakan oleh pasangan suami istri”, serta hati diantara keduanya tidak lagi
tergiur atau tergoda oleh orang lain, keduanya saling berusaha memupuk
ketenangan jasmani dan hati diantara keduanya.
Jadi “sakinah” adalah ketenangan yang dirasakan oleh seorang suami dan istri di dalam rumah tangga, sehingga kedua merasa nyaman dan tenang ketika keduanya saling berdekatan atau bersambung komunikasinya. Hati suami tidak lagi tertarik terhadap perempuan lain dan hati istri tidak lagi tertarik pada laki-laki lain, dan ketenangan pihak lain di luar keduanya, karena keduanya sama-sama sibuk dalam menciptakan ketenangan dan keyamanan di rumah tangganya sendiri.
Kedua; doa mawaddah, kata ini diawalai oleh kata جعل yang artinya Allah membuat kasih sayang selalu ada diantara pasangan suami dan istri, tentu dengan sebelumnya memenuhi keadaan sakinah, “ketenanangan.”
Ketiga; Rahmah (رحمة) yang terdapat pada teks ayat di atas bersanding dengan kata مودة. Hal ini menandakan bahwa selain Allah menjadikan mawaddah, Allah juga menjadikan rahmah kepada suami-istri yang senantiasa berusaha membentuk sakinah dalam keluarganya, sehingga kata رحمة “kasih sayang.”
Namun, penjelasan seperti di atas amatlah rumit, dan terlalu umum? Sehingga anda bosan mendengarnya? Mari masuk pada kalimat samawa itu makin dalam (sedalam-dalamnya pemikiranku masih ada yang lebih dalam).
Jadi “sakinah” adalah ketenangan yang dirasakan oleh seorang suami dan istri di dalam rumah tangga, sehingga kedua merasa nyaman dan tenang ketika keduanya saling berdekatan atau bersambung komunikasinya. Hati suami tidak lagi tertarik terhadap perempuan lain dan hati istri tidak lagi tertarik pada laki-laki lain, dan ketenangan pihak lain di luar keduanya, karena keduanya sama-sama sibuk dalam menciptakan ketenangan dan keyamanan di rumah tangganya sendiri.
Kedua; doa mawaddah, kata ini diawalai oleh kata جعل yang artinya Allah membuat kasih sayang selalu ada diantara pasangan suami dan istri, tentu dengan sebelumnya memenuhi keadaan sakinah, “ketenanangan.”
Ketiga; Rahmah (رحمة) yang terdapat pada teks ayat di atas bersanding dengan kata مودة. Hal ini menandakan bahwa selain Allah menjadikan mawaddah, Allah juga menjadikan rahmah kepada suami-istri yang senantiasa berusaha membentuk sakinah dalam keluarganya, sehingga kata رحمة “kasih sayang.”
Namun, penjelasan seperti di atas amatlah rumit, dan terlalu umum? Sehingga anda bosan mendengarnya? Mari masuk pada kalimat samawa itu makin dalam (sedalam-dalamnya pemikiranku masih ada yang lebih dalam).
Sakinah adalah ketika melihat kekurangan pasangan, namun mampu menjaga lisan untuk tidak mencelanya.
Mawaddah adalah manakala mengetahui kekurangan pasangan, namun mampu memilih untuk menutup sebelah mata atas kekurangan dan membuka mata lainnya untuk berfokus pada kelebihannya. Sisanya bimbing dia.
[Warrahmah] Menikah itu harus sama-sama punya visi dan misi, mau diatur oleh aturan Allah azza wa jalla. Rahmah bermakna “saling menjaga dari bahaya atau hal-hal yang tidak baik”. Allah menjadikan rasa saling menjaga di antara suami istri yang sudah menikah dengan perasaan ingin saling melindunggi atau saling menjaga dari hal-hal yang tidak baik, itulah kenapa terkadang kita mendengar cerita dari seorang teman bahwa istrinya sangat protektif sekali sehingga di rumah ia tidak bisa bebas makan-makanan yang ia gemari karena istrinya khawatir suaminya takut kambuh penyaiktnya, demikian juga kita dengar banyak suami yang tidak mengizinkan istrinya bepergian sendirian karena ia hawatir keadaan istrinya selama di perjalanan sehingga ia memilih untuk mengantarkannya. Maka, kasih sayang itu seperti air yang harus mengalir, agar air itu tidak rusak (keruh). Diberi keturunan (anak) tentu menjadi keeratan antara pasangan suami istri sah. Dan perlu diketahui, yang paling epick dari ibadahnya orang yang sudah menikah adalah beda dengan mereka yang jomblo.
Warrahmah adalah manakala kita mampu menjadikan kekurangan pasangan sebagai ladang amal untuk diri kita.
Bahasan diskusi di atas, sebagaimana di jelaskan bahwa menikah bukanlah tujuan mencari kebahagiaan, melainkan ibadah kepada Allah azza wa jalla, inilah initi dari pernikahan paling jauh. Jadi sekali lagi, menikah itu tujuannya ibadah. Jika tidak, manakala hubungan suami istri sedang terjadi polemik ombak besar maka kekacauaan akan terjadi dan babak belur.
Barangmisalnya:
Pernikhan saya dipertahankan
karena ada anak. Maka ujian tersebut makin berat. Akan berbeda ketika "saya bertahan
karena Allah (lillahi ta’ala), maka Allah akan beri jalan (manakalah terjadi
badai dalam rumah tangga), jangan takut." Hal in seringkali kan kita bertahan
karena seseorang, bukan karena Allah. Tentu proses dan hasilnya akan berbeda.Persiapkan diri kita mulai sekarang, baik bagi yang sudah-sedang-dan akan menikah memahami arti pernikhan berikut dengan mengarungi laut dalam kapal yang kita gunakan. Karena saya percaya setiap manusia akan diberi kebaikan, tergantung kepada dirinya mau mengambil atau membuangnya; yang dalam bahasa saya ja’ala dalam hidupnya.
Untuk yang saat ini mengalami kesedihan dalam problem hidupnya: “Jangan letakkan kesedihan itu di wajahmu, aku tidak ingin melihatnya. Karena kita tidak akan pernah tahu ada orang-orang yang bahagia karena senyuman di wajah kita.”
Sekia Terimakasih.
0 Comments